Friday 15 March 2013

Ciri-ciri dan sifat orang yang BERIMAN

Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Jinn ayat 14:
... Barangsiapa menerima Islam maka sungguh-sungguh telah tepat pilihannya atas jalan yang benar.

Meskipun seseorang telah mengambil keputusan realistis memilih Islam, tidaklah serta merta ia bisa meng-klaim bahwa dirinya pasti akan masuk surga, sebagaimana klaim orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Dimasukkannya seseorang kedalam Surga hanyalah atas rahmat Allah SWT. Para ahli surga digambarkan Allah SWT didalam surat Al-Imran ayat 107 sbb:
dan bagi mereka yang wajahnya menjadi putih bersih, merekalah yang akan berada dalam rahmat (surga) Allah, mereka itu kekal didalamnya.

Pada ayat ini kata Rahmat digunakan sebagai kata-ganti untuk Surga untuk mengingatkan kita bahwa masuknya seseorang kedalam Surga adalah karena rahmat yang terbesar dari Allah SWT.
Sungguhpun demikian, Allah SWT juga memberi petunjuk kepada kita dengan Al-Qur’an bagaimana ciri-ciri orang yang patut sebagai ahli surga. Ciri-ciri ini disebutkan didalam Surat Al-Mu’minun dan Surat Al-Ma’arij. Perhatikanlah Surat Al-Ma’arij ayat 19~21.

Pertama, Allah SWT menggambarkan sifat manusia secara umum. Allah SWT berfirman:
Sebagian besar manusia berwatak sangat tergesa-gesa (tidak sabar), ketika mereka dihadapkan pada kemalangan/kesulitan mereka berputus asa. Ketika kesulitannya telah digantikan dengan kelapangan/ nikmat mereka tidak memenuhi hak-hak orang lain dan hak-hak Allah.

Namun, diantara manusia ada juga yg tidak berperilaku sedemikian. Ada pengecualian segolongan manusia yang ciri-cirinya digambarkan dalam Surat Al-Ma’arij ayat 22~25,
Terkecuali mereka yang mendirikan sholat, dan mereka senantiasa tetap memelihara sholatnya. Dan mereka membelanjakan bagian yg telah tertentu dari hartanya bagi yang berhak; bagi para peminta-minta dan orang-orang yang papa (kehilangan harta-bendanya).

Perlu digaris-bawahi bahwa Allah SWT bisa saja hanya mengatakan bahwa mereka telah mengetahui hak-hak para fakir dan miskin. Namun, Allah SWT menegaskan bahwa mereka yang beriman menyisihkan hartanya untuk para fakir dan miskin, dengan perhitungan matematis yang tepat, dan terdefinisi berapa bagian dari hartanya yg harus dikeluarkan untuk mereka yang membutuhkan (para fakir dan miskin). Dengan kata lain, mereka selalu membayar zakat yang telah ditetapkan sebesar 2.5% (dua setengah persen). Abu Bakar Ash-Shidiq R.A. adalah yang terbaik pemahamannya mengenai makna ayat-ayat ini. Beliau mengirimkan pasukannya untuk memerangi pengingkar zakat meskipun mereka yang ingkar itu tetap mengerjakan shalat. Dikatakannya bahwa sholat seseorang tidak akan diterima Allah SWT sehingga ia melunasi zakatnya.

Karena itulah, Allah SWT hampir selalu menyebut secara bersamaan setiapkali berfirman tetang kewajiban Shalat dan Zakat didalam Al-Qur’an. Lebih lanjut, Allah SWT memberi petunjuk agar kita bersedekah/berinfaq sebagai tambahan selain membayar Zakat di berbagai ayat didalam Al-Qur’an. Surat Al-Muzammil ayat 20:
Dan dirikanlah sholat dan bayarlah Zakat, dan pinjamilah Allah SWT dengan pinjaman yang baik.

Ciri-ciri berikutnya dari orang-orang yang termasuk dalam golongan khusus ini adalah, mereka beriman atas adanya Hari Pengadilan/ Pembalasan (yaumuddin) tidak hanya diimani dengan lisan, melainkan juga dengan kesadaran untuk mempertanggung-jawabkan segala amal-perbuatan (selama hidupnya di dunia) pada hari tersebut. Sebagai contoh orang-orang yang akan diberikan catatan amal-perbuatan di tangan kanan mereka di Hari Pembalasan, akan menerangkan bahwa rahasia keberhasilan mereka itu adalah sebagaimana yang tertuang dalam ayat 20 Surat Al-Haqqah berikut ini:
Sungguh, aku yakin bahwa aku pasti menemui hisab terhadap diriku.

Perhatikan pula Surat Al-Ma’arij ayat 26~28:
Dan mereka yang membenarkan adanya Hari Pembalasan. Dan mereka takut kepada adzab/siksa Tuhan mereka. Sungguh siksa Tuhan mereka itu membuat tak seorangpun merasa aman.

Ciri-ciri berikutnya dari orang-orang mukmin yakni, mereka selalu takut terhadap adzab Allah SWT. Ketika para sahabat mendengar ayat-ayat tersebut, mereka bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, ”Ya Rasulullah (SAW), Apakah dirimu juga takut dengan Adzab Allah SWT?”. Beliaupun menjawab:”Tentu saja, bahkan akupun takut dengan adzab Allah SWT karena tak seorang pun bisa menganggap dirinya terbebas dari adzab Allah SWT.”

Karena itu, seorang muslim tidak boleh menyombongkan diri atas amaliyah keislamannya. Ia hendaknya berperilaku rendah hati dan semakin rendah hati lagi, dan semakin takut terhadap adzab Allah SWT. Selanjutnya Allah berfirman dalam surat Al-Ma’arij ayat 29~31:
Dan mereka itu menjaga kemaluan mereka. Kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak perempuan yang mereka miliki, maka sesungguhnya dalam hal demikian ini mereka tiada tercela. Barangsiapa yang mencari selain dari itu maka mereka itu telah melanggar batas.

Dengan demikian, maka segala bentuk pemuasan birahi/sexual selain yang disebut dalam ayat diatas berada diluar garis ketentuan Allah SWT dan samasekali tidak diperkenankan oleh Allah SWT.
Ciri-ciri mukmin yg lain, disebutkan Allah SWT dalam Surat Al-Ma’arij ayat 32 bahwa:
Mereka memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janji-janjinya.

Mengkhianati amanat yang diemban dan melanggar janji tergolong dalam dosa-dosa besar. Rasullullah Muhammad SAW bersabda: “Janji adalah hutang yang harus dibayar”.
Selanjutnya, dalam Surat Al-Ma’arij ayat 33 Allah SWT berfirman:
Dan mereka itu berpegang teguh atas kesaksian (syahadat) mereka.

Ini berarti pula bahwa mereka memelihara didalam hati-sanubari, janji mereka kepada Allah SWT atas ke-Islam-an mereka. Perhatikan Surat Al-Ma’arij ayat 34,
Dan orang-orang yang memelihara (dengan sebaik-baiknya) sholat mereka.

Didalam ayat ini Allah SWT menyatakan bahwa orang-orang beriman itu sangat penuh perhatian terhadap sholat mereka dan mengerjakan semuanya, yang fardhu dan yang sunnah.

Sangat menarik bahwa disini kita melihat bahwa Allah SWT mengawali penguraian ciri-ciri mukmin dari hal penegakan sholat dan mengakhiri dengan hal sholat juga. Dengan demikian menjadi jelaslah bahwa sholat adalah hal yang sangat penting dalam pandangan Allah SWT, oleh karena itu pertama kali yang akan ditanyakan kepada setiap orang di Hari Pembalasan nanti adalah Sholat, jika mereka gagal dalam hal sholat maka tidak satu pun dari amalan lainnya diterima oleh Allah SWT.

Selanjutnya, didalam Al-Ma’arij ayat 35 Allah SWT menetapkan keputusan-Nya bahwa orang-orang yang memiliki ciri-ciri sebagaimana telah diuraikan diatas, akan diberi ganjaran Taman Surga. Tampak jelas disini bahwa ada banyak hal yang harus dikerjakan oleh seseorang agar dirinya menjadi calon yang layak sebagai penghuni Surga.
Sesungguhnya, jika seseorang mengerjakan secara tulus-ikhlas salah satu dari hal-hal tersebut, hal-hal yang lainnya bisa dikerjakannya secara mudah dan otomatis. Jika ia mengamalkan seluruh resep tersebut maka, atas kemurahan/kasih-sayang Allah SWT, ia masuk Surga. 
Semoga Allah SWT menganugerahi kita kekuatan untuk melaksanakan kesemua ciri-ciri diatas.
Hadiah terpenting dari Allah SWT kepada umat manusia adalah disediakan-Nya petunjuk yang membimbing kita dari berbagai bentuk kegelapan kepada cahaya yang terang. Allah SWT sangat-sangat berbahagia jika kita memanfaatkan petunjuk-Nya. Sebagaimana tertuang dalam Surat Al-Ahzab ayat 43,44:
Dialah (Allah SWT) yang telah merahmatimu, dan demikian juga para malaikat-Nya (memohon untukmu), Agar Dia mengeluarkanmu dari kegelapan kepada cahaya, dan Dia adalah yang sangat penyayang kepada orang-orang beriman.

Penghormatan bagi mereka (mukminin) pada hari perjumpaan dengan-Nya adalah Salam. Dan Dia (Allah SWT) telah menyiapkan pahala yang mulia bagi mereka.

Allah SWT berfirman kepada Rasulullah SAW didalam Surat Al-Ahzab ayat 47:
Dan kabarkanlah kepada orang-orang beriman berita gembira, bahwa mereka akan mendapat karunia yang besar dari Allah.

Semoga Allah SWT memperhitungkan kita termasuk didalam golongan mereka yang akan memperoleh karunia yang besar dari-Nya. Amiin 

Hikmah menjadi Orang yang SABAR


Di dalam surah al-Mulk, ALlah menyatakan bahawa Dia menciptakan hidup dan mati untuk menguji manusia siapakah di kalangan manusia paling baik amalnya. Dalam hidup manusia menghadapi pelbagai bentuk ujian sama ada dalam bentuk musibah/kesusahan dan juga ujian dalam bentuk kesenangan/kemewahan.
Seringkali apabila manusia diuji dengan musibah mereka keluh kesah dan merana. Tapi ketahuilah bahawa di sebalik musbah itu ada hikmah yang sangat besar.
Nabi bersabda :-إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مع عِظَمِ الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إذا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رضى فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُErtinya : Sesungguhnya besarnya balasan baik adalah dengan besarnya ujian dan bala (tahap ganjaran adalah setimpal dengan tahap kesukaran mihna’), dan Allah s.w.t apabila kasihkan satu kaum lalu akan didatangkan baginya ujian, sesiapa yang mampu redha maka ia beroleh redha Allah dan barangsiapa yang engkar , maka akan beroleh azab Allah.” ( Riwayat At-Tirmizi, 4/601 ; Tuhfatul Ahwazi, 7/65 ; Albani : Hasan Sohih)Mukmin Tulen Sentiasa Tabah Cciri seorang mukmin tulen sebagaimana kata Nabi s.a.w :-عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُErtinya : Amat dikagumi sifat orang mukmin, iaitu semua urusan yang menimpanya adalah baik, dan tidaklah seorang mukmin itu kecuali apabila di timpa kebaikan, ia bersyukur lalu menjadi kebaikan baginya; dan bila ditimpa musibha keburukan ia bersabar dan menjadi kebaikan baginya apabila ia ditimpa” ( Riwayat Muslim)
Sabar adalah perkataan yang selalu kita ungkapkan. Apabila ada musibah menimpa orang sekeliling kita, dengan mudah kita melafazkan, sabarlah. However, the real test comes when we ourselves are facing such time of trial. Baru ketika itu kita benar-benar menghayati first hand erti sabar yang sebenarnya.Musibah dalam dalam pelbagai bentuk sama ada kehilangan harta, perceraian, menjadi mangsa fitnah, kematian dan sebagainya. Apa erti sebenar sabar? Bagaimana kita boleh memberi definisi yang tuntas terhadap sabar ini. Apakah tanda menunjukkan bahawa seorang itu benar-benar sabar menghadapi ujian itu? Persoalan-persoalan ini sebenarnya tidak mudah diungkapkan; sudah pastinya tidak semudah bila kita menasihatkan orang lain agar bersabar.
Abu Zakaria Ansari berkata, “Sabar merupakan kemampuan seseorang dalam
mengendalikan dirinya terhadap sesuatu yang terjadi, baik yang disenanginya
maupun yang dibencinya.” Abu Ali Daqaq mengatakan, “Hakikat sabar ialah
keluar dari suatu bencana sebagaimana sebelum terjadi bencana itu.” Dan
Imam al-Ghazali mengatakan, “Sabar ialah suatu kondisi jiwa yang terjadi
karena dorongan ajaran agama dalam mengendalikan hawa nafsu.”
Dengan demikian, sabar dapat berarti konsekuen dan kosisten dalam
melaksanakan semua perintah Allah. Berani menghadapi kesulitan dan tabah
dalam menghadapi cobaan selama dalam perjuangan untuk mencapai tujuan.
Karena itu, sabar erat hubungannya dengan pengendalian diri, sikap, dan
emosi. Apabila seseorang telah mampu mengawal mengendalikan nafsunya,
maka sikap/sifat sabar akan tercipta.
Selanjutnya, sabar juga berarti teguh hati tanpa mengeluh, saat ditimpa
bencana. Jadi yang dimaksud dengan sabar menurut pengertian Islam ialah
rela menerima sesuatu yang tidak disenangi dengan rasa ikhlas serta
berserah diri kepada Allah. Dan dapat pula dikatakan bahwa secara umum
sabar itu ialah kemampuan atau daya tahan manusia menguasai sifat
destruktif yang terdapat dalam tubuh setiap orang. Jadi, sabar itu
mengandungi unsur perjuangan tidak menyerah dan
menerima begitu saja.
Sabar itu membentuk jiwa manusia menjadi kuat dan teguh tatkala menghadapi
bencana (musibah). Jiwanya tidak bergoncang, tidak gelisah, tidak panik,
tidak hilang keseimbangan, tidak berubah pendirian. Tak ubahnya laksana
batu karang di tengah lautan yang tidak bergeser sedikit pun tatkala
dipukul ombak dan gelombang yang bergulung-gulung.
Sifat sabar itu hanya dikurniakan Tuhan kepada manusia, tidak kepada
makhluk yang lain. Sebab, di samping manusia mempunyai hawa nafsu, ia juga
dianugerahi akal untuk mengendalikan hawa nafsu itu supaya jangan sampai
merosak atau merugikan. Sedang makhluk haiwani hanya diperlengkapi dengan
hawa nafsu, tidak mempunyai akal. Oleh sebab itu ia tidak mampu bersikap
sabar. Malaikat juga tidak memerlukan sifat sabar, karena ia tidak memiliki
hawa nafsu.
Sirah para anbiya’, ulama kaya dengan kisah-kisah kesabaran insan-insan pilihan Allah (seperti kisah yang diketahui ramai tentang ketabahan nabi Ayyub a.s. tabah menghadapi pelbagai ujian). Bagaimanapun, bagi orang-orang awam (kebanyakan) bilakh kita mengetahui bahawa kita telah mampu dengan izin Allah bersabar menghadapi ujian yang besar. Seorang alim ditanyakan apakah tanda-tanda bahawa seseorang itu telah mencapai tahap kesabaran yang tinggi jawab beliau: apabila hamba Allah tersebut telah sampai ke satu tahap di saat hebatnya musibah di mana kebanyakan orang akan cenderung untuk berkata mampukah lagi aku bersabar? Namun biarpun di saat yang getir sedemikian dia masih mampu reda dan sabar, maka itulah satu tanda dia mencapai tahap kesabaran yang tinggi.
Sama-samalah kita berdoa agar Allah mengurniakan kita dengan sifat yang amat sinonim dengan Mukmin sejati ini, yang begitu mudah dilafazkan lisan namun tidak enteng diterjemahkan dalam kehidupan di saat musibah melanda.
Wallahu ‘a’lam

Aduhai cinta .. Manis ader .. Pahit pun ader ....

Cinta adalah perkara yang paling indah bagi setiap pasangan yang sedang hangat dilamun cinta.Keluar dating,tengok wayang,makan bersuap suapan.Semua itu adalah rutin yang sering dilakukan semasa sedang hangat dilamun cinta.Tak kisahlah pada siapa pun, tiada yang terkecuali termasuklah saya,anda yang sedang membaca journal saya ini dan sapa-sapa saja yang ada diluar sana.... 

Memang sudah menjadi lumrah,dalam setiap perhubungan itu bukanlah selalunya indah.Kadangkala sesekali kita akan bertengkar juga dengan pasangan kita itu tak kiralah apa sebabnya sekalipun.Perkara-perkara sebegini sememangnya sudah menjadi asam garam dalam setiap perhubungan yang terjalin.Samaada kita suka mahupun tidak,suatu masa nanti.Kita tetap akan melaluinya juga,yang membezakanya cepat atau lambat saja. 

Kata orang kalau takut dilambung ombak jangan berumah ditepi pantai,bila berlakunya pertengkaran.Pasangan harus memainkan peranan yang penting,tidak kiralah lelaki ataupun wanita semuanya mesti sama-sama bersikap profesional dan proaktif.Kita tidak boleh terlalu mengikutkan perasaan sangat kerana semua itu hanya menambah burukan lagi keadaan. 

Janganlah sesekali kita menyalahkan sesama sendiri kerana semua itu berpunca daripada sifat ego dari diri kita sendiri.Kadang- kadang biasalah kita ini lelaki mahupun wanita masing nak menunjukan ego masing-masing.Yang wanita nak kata yang dia tu betul,yang lelaki juga pun nak kata dia jugak betul.Penyudah nya pertengkaran yang kecil pun mula menjadi besar dek kerana sifat ego masing ini tadi.Sebaliknya kita haruslah tenang dan banyak bersabar dalam menghadapi permasaalahan dalam hubungan kita itu.bawak bawaklah duduk berbincang sama-sama,kaji dan carilah dimana letaknya keburukan dan kekurangan masing masing serta sama samalah untuk memperbaiki nya. 

Kita haruslah bijak dalam mengawal situasi permasaalahan kita itu dan ambilah langkah yang positif untuk menyelesaikanya,insyaallah masalah yang timbul itu akan dapat diselesaikan dengan mudah tampa melukakan hati mana-mana pihak.Sesungguhnya setiap perkara yang berlaku itu mengajar kita menjadi lebih matang dalam menempuh cabaran dihari yang mendatang dan setiap masalah pasti ada jalan penyelesaian nya ...